Asam urat merupakan senyawa kimia (zat) yang ada pada tubuh manusia dan merupakan hasil dari metabolisme purin dalam tubuh. Asam urat dikeluarkan melalui ginjal, namun apabila terlalu banyak produksi atau penumpukan asam urat, dapat menyebabkan masalah kesehatan yang serius sehingga menimbulkan penyakit asam urat.
Penyakit Asam Urat atau Gout Artritis merupakan penyakit tidak menular, namun dapat berkembang dalam waktu lama dengan durasi yang panjang. Asam Urat merupakan penyakit yang menyerang persendian tubuh, umumnya menyerang sendi jari tangan, tumit, jari kaki, siku, lutut, dan pergelangan tangan. Penyakit ini dapat membuat bagian-bagian tubuh yang terserang mengalami pembengkakan dan peradangan, sehingga akan menambahkan rasa sakit bagi penderitanya.
Kadar asam urat normal bagi Wanita adalah 2.4 – 6.0 mg/dl, normal pada Pria yaitu 3.4 – 7.0 mg/dl, serta pada Anak-anak 2.0 – 5.5 mg/dl.
Asam urat merupakan hasil dari metabolisme zat purin. Zat purin dapat ditemukan pada makanan yang mengandung protein, baik protein hewani ataupun protein nabati. Jika zat purin dalam tubuh sudah berlebihan, maka akan menyebabkan ginjal tidak mampu mengeluarkan zat tersebut dan memicu terjadinya penumpukan zat purin dalam tubuh yang berubah menjadi asam urat. Makan makanan dengan kandungan purin tinggi dapat menyebabkan meningkatnya kadar asam urat dalam tubuh.
Konsumsi harian zat purin yang terbagi menjadi tiga yaitu rendah, normal, dan tinggi. Berikut merupakan kategori purin yang dikonsumsi setiap hari:
- Rendah: <600 mg per hari
- Normal: 600-1000 mg per hari
- Tinggi: >1000 mg per hari
Gejala Asam Urat
Gejala asam urat sering kali tidak dianggap serius oleh beberapa orang dikalangan masyarakat. Umumnya banyak orang yang merasakan gejala asam urat diartikan sebagai kelelahan bekerja, kelelahan olahraga, dan lainnya. Berikut merupakan gejala asam urat yang dibagi kedalam tiga tahap:
Gejala asam urat secara umum
- Terasa cepat lelah dan badan terasa pegal-pegal
- Nyeri dibagian otot, persendian, lutut, pinggang, bahu, dan punggung. Selain nyeri biasanya ditandai dengan timbul bengkak dan kemerahan.
- Sering buang air kecil pada pagi hari maupun malam hari
- Timbul rasa linu dan kesemutan yang parah
- Menyebabkan penderita sulit buang air kecil
Gejala Awal Asam Urat
Pada gejala awal ini biasanya sering tidak disadari bahwa sedang gejala asam urat. Akibatnya banyak penderita yang baru menyadari saat sudah mengalami asam urat akut atau kronis. Pada tahap awal, gejala yang biasanya dirasakan adalah nyeri pada sendi yang kas selama beberapa hari dan akan menghilang dengan sendirinya.
Gejala Menengah
Pada tahap ini penderita akan mengalami nyeri dan peradangan menjadi lebih sering. Jika terjadi pada kaki, penderita akan kesusahan dalam memakai sepatu.
Gejala Akut
Setelah mengalami gejala awal dan menengah, biasanya penderita akan memiliki benjolan pada sendi-sendi yang meradang dan dapat menyebabkan kerusakan pada sendi dan tulang sekitarnya.
Dalam kondisi normal, asam urat tidak berbahaya bagi tubuh. Apabila asam urat melebihi batas normal, maka beresiko meningkatkan pembentukan batu asam urat dalam ginjal yang dapat menyebabkan kerusakan ginjal. Selain itu, akan mengakibatkan berbagai penyakit jantung dan pembuluh darah seperti hipertensi, kolesterol, resistensi insulin, peningkatan trigliserida, dan dapat memicu penyakit jantung koroner.
Oleh karena itu, perlunya menjaga agar kadar asam urat dalam tubuh tidak meningkat dan mengurangi dari terkena penyakit mematikan akibat tingginya kadar asam urat.
Faktor yang dapat Meningkatkan Kadar Asam Urat
Selain kondisi metabolisme tubuh yang tidak normal dan menyebabkan asam urat meningkat, penyakit ini juga dapat dipicu oleh beberapa faktor, yaitu:
- Mengkonsumsi makanan yang mengandung purin tinggi
- Kegemukan
- Minuman Beralkohol
- Kelainan Genetik
- Kekurangan Nutrisi
- Keracunan
- Penyakit kulit
- Penyakit Liver
Salah satu faktor yang dapat meningkatkan produksi asam urat adalah mengkonsumsi makanan yang banyak mengandung purin. Dalam tubuh manusia, purin dihasilkan secara alami sebanyak 85% setiap harinya, oleh karena itu kebutuhan purin dari luar tubuh hanya sebesar 15%. Purin diolah menjadi asam urat didalam tubuh. Kadar asam urat akan meningkat dengan cepat akibat konsumsi makanan yang tinggi purin.
Jenis makananan yang mengandung purin terbagi menjadi tiga kategori, yaitu kategori tinggi, sedang, dan rendah. Berikut merupakan kategori beberapa jenis makanan dengan kandungan purin yang berbeda dan sebaiknya harus dihindari oleh penderita Asam Urat
1. Kandungan Purin Tinggi (100–1000 mg per 100 gram): Sebaiknya dihindari
- Jeroan: Hati, jantung, otak, paru, limpa, dan usus
- Ikan Makarel
- Ikan Tuna
- Daging Bebek
- Durian
- Nanas
2. Kandungan Purin Sedang (90-100 mg per 100 gram): Konsumsi tidak berlebihan
- Daging Sapi
- Ikan laut selain kategori 1
- Daging ayam
- Udang
- Tahu
- Tempe
- Bayam
- Daun singkong
- Daun kangkung
- Asparagus
- Daun dan biji melinjo
3. Kandungan Purin Rendah: Bebas dikonsumsi setiap hari
- Nasi
- Ubi
- Singkong
- Jagung
- Kue
- Roti
- Puding
- Susu
- Telur
- Keju
- Sayur dan Buah selain kategori 1 dan 2
Agar terhindar dari penyakit asam urat, sebaiknya mulai menjaga diri dengan mengikuti pola makan sehat dan pola hidup sehat. Selain itu, sangat penting dalam menjaga kadar asam urat dalam tubuh agar tidak meningkat, namun apabila kadar asam urat dalam tubuh tinggi sebaiknya ikuti beberapa cara dibawah ini untuk menurunkan kadar asam urat dalam tubuh:
Tips Menurunkan Kadar Asam Urat
1. Kurangi Konsumsi Makanan Tinggi Purin
Purin merupakan salah satu senyawa organik penyusun asam nukleat yang termasuk kedalam golongan asam amino dan merupakan komponen dari protein. Mengkonsumsi makanan tinggi purin dapat menyebabkan peningkatan asam urat dalam tubuh. Oleh karena itu perlunya kurangi konsumsi makanan tinggi purin agar kadar asam urat dalam darah menjadi turun.
2. Konsumsi Buah Ceri
Buah ceri mengandung flavonoid polifenolik yang mempunyai efek antioksidan dan efek diuretik yang dapat menghambat produksi asam urat, sehingga dengan konsumsi buah ceri dapat menurunkan kadar asam urat.
3. Minum Air Putih yang Banyak
Minum air putih yang cukup dapat menurunkan kadar asam urat dalam, karena ketika banyak minum akan meningkatkan urine dan asam urat ikut dikeluarkan dalam urine.
4. Kurangi Berat Badan Berlebih
Penurunan berat badan dapat membantu menurunkan kadar asam urat. Saat seseorang memiliki kelebihan berat badan, ginjal mungkin tidak dapat mengeluarkan asam urat secara efisien dan menyebabkan penumpukan asam urat dalam darah.
5. Hindari Konsumsi Alkohol dan Makanan Tinggi Fruktosa
Alkohol, khususnya bir memiliki kandungan purin yang tinggi sehingga dapat meningkatkan produksi asam urat dan menghambat pengeluarannya melalui ginjal. Selain alkohol, fruktosa juga dapat meningkatkan produksi asam urat dalam tubuh. Fruktosa biasanya ditemukan pada minuman bersoda dan makanan cepat saji. Oleh karena itu, mengurangi minuman beralkohol dan fruktosa dapat menurunkan kadar asam urat.
Asam urat merupakan kondisi yang sangat dipengaruhi oleh pola hidup dan pola makan. Jika tidak ingin terkena penyakit asam urat, maka terapkanlah pola hidup dan pola makan yang sehat. Selain itu, selalu pastikan bahwa kadar asam urat dalam tubuh tetap normal dengan cara konsultasi kepada dokter apabila merasakan gejala-gejala asam urat, atau dapat mengecek kadar asam urat dengan alat cek asam urat untuk memastikan kadar asam urat tetap normal dan menghindari tubuh dari penyakit-penyakit berbahaya. Bagaimanapun mencegah selalu lebih baik daripada mengobati.
Ingin tahu informasi menarik lainnya? Yuk, kunjungi website Galeri Medika. Di Galeri Medika, Kamu juga bisa membeli alat kesehatan yang dijamin 100% Original dan dapat dikirim ke seluruh Nusantara menggunakan jasa ekspedisi terpercaya.
https://books.google.co.id/books?hl=id&lr=&id=pcUwEAAAQBAJ&oi=fnd&pg=PA2&dq=bahaya+konsumsi+soto+daging&ots=Bk9s8Jyiyz&sig=8u4A2XIF4OSYFWviZb96tRd_264&redir_esc=y#v=onepage&q&f=false
https://journals.umkt.ac.id/index.php/bsr/article/download/3112/1352
Kumala, Meilani. "Peran gizi dalam penatalaksanaan hiperurisemia dan pirai." Damianus Jurnal of Medicine Jun 9.2 (2010): 121-128.