Asma merupakan suatu kondisi dimana saluran udara pernapasan meradang atau menyempit serta tersumbat oleh lendir berlebih sehingga mengakibatkan kesulitan untuk bernapas. Tak hanya kesulitan bernapas, asma juga menyebabkan gejala lain seperti mengi (bengek), batuk-batuk dan nyeri dada.
Asma mempengaruhi lebih dari 260 juta orang di seluruh dunia, di Indonesia sendiri penderita asma berdasarkan Data Profil Kesehatan Indonesia tahun 2020, jumlah pasien asma bronchiale di Indonesia tahun 2020 lebih dari 12 juta orang dimana sekitar 20% diderita oleh anak-anak usia 6-12 tahun. Asma bisa mengancam jiwa jika Anda tidak mendapatkan pengobatan.
Bagi sebagian orang, asma hanyalah gangguan kecil. Namun bagi penderita lainnya bisa menjadi masalah besar yang mengganggu aktivitas sehari-hari dan bisa menyebabkan serangan asma yang mengancam jiwa. Asma tidak bisa disembuhkan, namun gejalanya bisa dikendalikan. Karena asma sering berubah seiring berjalannya waktu, penting bagi penderita untuk berkonsultasi dengan dokter untuk mengetahui tanda dan gejala serta menyesuaikan pengobatan sesuai kebutuhan.
Asma
Juga disebut: Asma bronkial
Ringkasan:
Kondisi dimana saluran udara meradang atau menyempit serta tersumbat oleh lendir berlebih sehingga mengakibatkan kesulitan untuk bernapas
Gejala :
Gejalanya meliputi kesulitan bernapas, nyeri dada, batuk, dan napas berbunyi. Gejala terkadang menjadi lebih parah.
Perawatan :
Perawatan mungkin termasuk penggunaan inhaler, terapi uap nebulizer dan obat-obatan.
*Hanya bertujuan informasi. Silakan konsultasikan ke dokter untuk saran.
Penyebab Asma
Belum diketahui secara pasti apa penyebab penyakit asma. Namun hal ini kemungkinan disebabkan oleh kombinasi faktor lingkungan dan keturunan (genetik). Paparan berbagai bahan iritan dan zat pemicu alergi (alergen) dapat memicu tanda dan gejala asma. Pemicu asma berbeda-beda pada setiap orang dan dapat mencakup:
- Infeksi saluran pernapasan atas
- Alergan udara seperti serbuk sari, debu, tungau, spora jamur, bulu hewan dan lain-lain
- Polutan udara dan iritan serpti asap
- Faktor cuaca seperti cuaca dingin
- Aktivitas berlebih seperti olahraga berat
- Penggunaan obat-obatan tertentu seperti beta blocker, aspirin, dan obat antiinflamasi nonsteroid, seperti ibuprofen (Advil, Motrin IB, lainnya) dan naproxen sodium (Aleve).
- Sulfit dan pengawet ditambahkan pada beberapa jenis makanan dan minuman, termasuk udang, buah kering, kentang olahan, bir, dan anggur
- Penyakit refluks gastroesofageal (GERD), suatu kondisi di mana asam lambung naik ke kerongkongan
Gejala Asma
Gejala asma berbeda-beda pada setiap penderita. Penderita mungkin mengalami serangan asma yang jarang terjadi, mengalami gejala hanya pada waktu-waktu tertentu seperti saat berolahraga atau mengalami gejala sepanjang waktu.
Tanda dan gejala asma meliputi:
- Sesak napas
- Sesak atau dada terasa nyeri
- Mengi atau bengek (mengeluarkan suara siulan saat bernapas)
- Sulit tidur disebabkan oleh sesak napas, batuk, atau mengi
- Serangan batuk yang diperburuk oleh virus pernapasan, seperti pilek atau flu
Selain itu tanda-tanda bahwa asma semakin memburuk meliputi:
- Tanda dan gejala asma yang lebih sering dan mengganggu
- Meningkatnya kesulitan bernapas, yang diukur dengan Peak Flow Meter alat yang digunakan untuk memeriksa seberapa baik paru-paru bekerja
- Kebutuhan lebih sering menggunakan inhaler untuk bantuan cepat
Bagi sebagian orang, tanda dan gejala asma muncul pada situasi tertentu seperti:
- Asma akibat olahraga, yang mungkin menjadi lebih buruk ketika udara dingin dan kering
- Asma akibat kerja, dipicu oleh iritasi di tempat kerja seperti asap kimia, gas, atau debu
- Asma akibat alergi, dipicu oleh zat di udara, seperti serbuk sari, spora jamur, kotoran kecoa dan bulu hewan peliharaan
Faktor Risiko Asma
Sejumlah faktor diduga dapat meningkatkan peluang seseorang terkena asma, meliputi:
- Memiliki keluarga dengan riwayat penyakit asma.
- Memiliki kondisi alergi lain seperti dermatitis atopik yang menyebabkan kulit merah dan gatal, serta demam yang menyebabkan pilek, hidung tersumbat dan mata gatal
- Kelebihan berat badan
- Paparan asap rorok
- Paparan asap kendaraan atau jenis polusi lainnya
Diagnosis Asma
Sebelum mendiagnosis, Dokter akan melakukan pemeriksaan fisik untuk menyingkirkan kemungkinan kondisi lain, seperti infeksi saluran pernafasan atau penyakit paru obstruktif kronik (PPOK). Dokter juga akan menanyakan pertanyaan tentang tanda dan gejala serta masalah kesehatan lainnya.
Selain itu seseorang biasanya akan menjalani tes fungsi paru-paru untuk menentukan berapa banyak udara yang masuk dan keluar saat bernapas. Beberapa tes ini termasuk:
- Menggunakan Alat Spirometer. Tes ini memperkirakan penyempitan saluran bronkial dengan memeriksa seberapa banyak udara yang dapat dihembuskan setelah menarik napas dalam dan seberapa cepat seseorang dapat menghembuskan napas.
- Menggunakan Alat Peak Flow Meter. Tes ini menggunakan perangkat sederhana yang mengukur seberapa keras seseorang bernapas. Nilai aliran puncak yang lebih rendah dari biasanya adalah tanda bahwa paru-paru seseorang mungkin tidak berfungsi dengan baik dan penyakit asma mungkin bertambah parah.
Apabila dibutuhkan pemeriksaan penunjang, dokter akan merekomendasi pasien untuk melakukan sejumlah tes, seperti:
- Tes pencitraan. Test seperti Rontgen dapat membantu mengidentifikasi kelainan struktural atau penyakit (seperti infeksi) yang dapat menyebabkan atau memperburuk masalah pernapasan.
- Tes alergi untuk mengetahui apakah pasien memiliki alergi tertentu yang menyebabkan asma
- Tes oksida nitrat. Tes ini mengukur jumlah gas oksida nitrat dalam napas. Ketika saluran udara meradang mungkin memiliki kadar oksida nitrat yang lebih tinggi dari biasanya. Namun tes ini tidak tersedia secara luas.
- Tes penunjang untuk mengetahui kondisi lain yang berkaitan dengan gejala asma.
Baca artikel lainnya
Pengobatan Asma
Pencegahan dan pengendalian jangka panjang adalah kunci untuk menghentikan serangan asma sebelum terjadi. Perawatan biasanya melibatkan pembelajaran mengenali pemicunya, mengambil langkah-langkah untuk menghindari pemicunya dan melacak pernapasan untuk memastikan obat-obatan mengendalikan gejala. Jika asma kambuh, penderita mungkin perlu menggunakan inhaler untuk pertolongan pertama. Sedangkan, pengobatan medis yang biasa ditujukan bagi penderita asma adalah sebagai berikut:
Obat-Obatan
Obat yang tepat untuk penderita asma bergantung pada beberapa hal seperti usia, gejala, pemicu asma dan cara terbaik untuk mengendalikan asma. Obat-obatan untuk pencegahan dan pengendalian jangka panjang mengurangi pembengkakan (peradangan) di saluran udara yang menyebabkan gejala. Penggunaan inhaler merupakan pertolongan pertama dengan cepat membuka saluran udara yang bengkak membatasi pernapasan. Dalam beberapa kasus, obat alergi diperlukan.
- Obat kontrol jangka panjang. Umumnya diminum setiap hari, merupakan dasar utama pengobatan asma. Obat-obatan ini mengendalikan asma setiap hari dan memperkecil kemungkinan penderita terkena serangan asma. Jenis obat kontrol jangka panjang meliputi kortikosteroid, pengubah leukotrien, kombinasi inhaler dan teofilin
- Obat kontrol jangka pendek. Digunakan sesuai kebutuhan untuk meredakan gejala jangka pendek selama serangan asma. Hal ini juga dapat digunakan sebelum berolahraga jika dokter merekomendasikannya. Jenis obat pereda cepat meliputi: agonis adrenergik, antikolinergik, Kortikosteroid oral dan intravena
Pencegahan Asma
Meskipun tidak ada cara untuk mencegah asma, Namun Dokter dapat merancang rencana langkah demi langkah untuk mengatasi kondisi dan mencegah serangan asma.
- Membuat rencana tindakan asma. Bersama dokter dan tim perawatan kesehatan, buat rencana secara rinci untuk minum obat dan menangani serangan asma. Asma adalah suatu kondisi berkelanjutan yang memerlukan pemantauan dan pengobatan rutin. Mengontrol pengobatan dapat membuat pasien merasa lebih bisa mengendalikan hidup.
- Hindari pemicu asma. Sejumlah alergen dan iritan luar ruangan mulai dari serbuk sari dan jamur hingga udara dingin dan polusi udara dapat memicu serangan asma. Maka dari itu hindari apa yang menyebabkan atau memperburuk asma.
- Pantau pernapasan Anda. Anda mungkin belajar mengenali tanda-tanda peringatan serangan yang akan datang, seperti batuk ringan, mengi, atau sesak napas. Namun karena fungsi paru-paru mungkin menurun sebelum menyadari tanda atau gejala apa pun, ukur dan catat aliran udara puncak menggunakan peak flow meter secara rutin di rumah.
- Konsumsi obat sesuai dengan resep. Jangan mengganti obat tanpa berkonsultasi terlebih dahulu dengan dokter, meskipun asma tampaknya sudah membaik. Maka konsumsi obat sesuai dengan resep dokter untuk memastikan pasien menggunakan obat dengan benar dan mengonsumsi dosis yang tepat.
- https://yankes.kemkes.go.id/view_artikel/1433/asma
- https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/asthma/symptoms-causes/syc-20369653