Berdasarkan data Kementerian Kesehatan, pada tahun 2023 angka Stunting di Indonesia tercatat sebesar 21.5 persen. Stunting merupakan suatu gangguan pertumbuhan dan perkembangan anak yang disebabkan oleh kekurangan gizi dan infeksi berulang yang ditandai dengan panjang atau tinggi badan seseorang berada dibawah standar kurva pertumbuhan.

Anak yang stunting tidak terlihat kurus karena anak bisa terlihat gemuk atau berat badannya normal. Hanya saja anak menjadi lebih pendek daripada ukuran tinggi badan yang seharusnya pada usia tersebut. Stunting berbeda dengan wasting, stunting merupakan tinggi badan yang rendah untuk berat badan anak sedangkan wasting adalah berat badan yang rendah untuk tinggi badan anak.

Dampak dan Upaya Pencegahan Stunting

Apa Penyebab Stunting?

Stunting tidak terjadi secara tiba-tiba. Secara umum, stunting disebabkan oleh kekurangan gizi atau malnutrisi. Selain itu, ada juga faktor-faktor yang saling berkaitan dengan stunting diantaranya adalah:

  • Nutrisi yang buruk
  • Kebersihan atau sanitasi yang buruk dan sulit mendapatkan air bersih
  • Kurangnya perawatan kesehatan yang memadai untuk anak dan Ibu
  • Kurangnya stimulasi psikososial yang memadai atau ikatan orang tua dan anak
  • Mengabaikan pertumbuhan anak tanpa memantaunya secara rutin

Kasus masalah stunting di Indonesia tidak hanya disebabkan oleh masalah nutrisi saja, tetapi juga mencerminkan tingkat sosial dan ekonomi suatu negara. Sebuah penelitian menjelaskan bahwa Ibu yang memiliki tingkat pendidikan rendah lebih cenderung memiliki anak yang mengalami sunting. Anak yang mengalami stunting berpotensi mengalami masalah belajar dan mempengaruhi kondisi anak hingga dewasa.

Dampak Stunting pada Anak

Kekurangan gizi dalam jangka waktu yang lama dapat berpengaruh terhadap kecerdasan dan kesehatan anak selain itu, dampak dari stunting yang biasanya dialami anak adalah:

1. Memiliki Tubuh Pendek

Anak-anak yang memiliki kondisi stunting mungkin tidak akan bertumbuh tinggi secara maksimal. Akibatnya, anak-anak akan memiliki tubuh yang lebih pendek dari anak-anak seusianya meskipun berat badan sama atau bahkan lebih besar.

Dampak dan Upaya Pencegahan Stunting

2. Rendahnya Kemampuan Kognitif

Dampak stunting menurut WHO pada anak adalah gangguan kognitif dan menurunnya kecerdasan anak. Kekurangan gizi pada usia bayi atau masa awal kehidupan dapat mengakibatkan peradangan, perubahan kadar leptin, dan peningkatan glukokortikoid yang menyebabkan perubahan epigenetik. Kondisi tersebut akan berdampak terhadap gangguan perkembangan pada anak.

Stunting akan mempengaruhi perkembangan area otak yang berperan dalam fungsi kognitif, memori, dan keterampilan lokomotor. Dampak stunting terhadap fungsi neurokognitif juga sangat parah karena dapat membuat perkembangan otak menjadi terhambat.

3. Memiliki Tingkat Kecerdasan dibawah Rata-rata

Stunting dapat menyebabkan anak tidak mengembangkan kemampuan intelektual secara maksimal. Akibatnya seseorang dengan stunting tidak bisa menyerap pelajaran dengan baik selama usai sekolah. Hal tersebut juga dapat berpengaruh terhadap produktivitas saat dewasa.

4. Resiko Penyakit Kronis Saat Dewasa

Anak stunting memiliki resiko terkena berbagai penyakit saat dewasa. Hal tersebut dapat terjadi ketika anak stunting mengalami kenaikan berat badan berlebih namun tingginya tidak berubah sehingga beresiko menderita penyakit kronis ketika dewasa.

Anak stunting cenderung mengalami kenaikan badan secara cepat setelah dua tahun sehingga berisiko mengalami obesitas di masa yang akan datang. Anak stunting mengalami oksidasi lemak, pengeluaran energi yang rendah, dan resistensi Insulin sehingga lebih berisiko terkena diabetes, hipertensi, serta dislipidemia.

5. Meningkatnya Resiko Mortalitas dan Morbiditas

Dampak jangka pendek dari stunting adalah meningkatkan resiko mortalitas (kematian) dan morbiditas (kesakitan). Berdasarkan sebuah study menjelaskan bahwa anak-anak yang mengalami stunting dan kekurangan berat badan dibandingkan dengan anak-anak gizi baik dapat meningkatkan resiko kematian hingga 12 kali lipat, terutama pada anak yang stunting, kekurangan berat badan, dan kurus.

Selain itu, anak dengan kondisi stunting memiliki resiko kesakitan atau morbiditas 2.5 kali lebih tinggi dibandingkan dengan balita normal. Anak stunting juga beresiko terkena penyakit menular dan alergi karena sistem kekebalan tubuh yang lebih rendah.

Itulah dampak stunting yang ternyata tidak hanya mempengaruhi perkembangan dan kesehatan anak di masa kecil, tetapi juga berpengaruh terhadap kondisi anak di masa dewasa. Kondisi stunting ini dapat dicegah dengan beberapa cara seperti memenuhi kebutuhan nutrisi, pemberian MPASI yang bergizi, dan lainnya.

Dampak dan Upaya Pencegahan Stunting

Pencegahan Stunting

Ketika ingin melakukan pencegahan stunting maka harus diperhatikan beberapa hal seperti pola makan, pola asuh, dan sanitasi air bersih. Selain itu, beberapa cara yang dapat dilakukan untuk meminimalisir stunting pada anak diantaranya:

  1. Memberikan ASI eksklusif pada bayi hingga minimal usia 5 bulan
  2. Pemberian pola asuh yang tepat
  3. Menjaga kebersihan lingkungan
  4. Memberikan MPASI yang bergizi untuk bayi usia diatas 6 bulan
  5. Memantau pertumbuhan dan perkembangan anak

Dengan melakukan berbagai cara di atas, maka dapat meminimalisir anak memiliki kondisi stunting. Selain memberikan gizi yang baik, untuk mengetahui kondisi fisik anak maka harus selalu melakukan pengukuran fisik anak seperti berat badan, tinggi badan, lingkar kepala, dan lainnya yang dapat membantu mengetahui kondisi fisik anak. Pemerintah Indonesia melalui kementerian kesehatan telah mengeluarkan program dalam memantau pertumbuhan anak yaitu pemeriksaan Antropometri menggunakan antropometri kit.

Pemeriksaan antropometri ini bertujuan untuk mengevaluasi ukuran tubuh manusia sehingga dapat mengetahui status gizi dan mendiagnosa kondisi kesehatan yang mungkin terjadi. Biasanya, dalam pemeriksaan antropometri yang menjadi parameter adalah tinggi badan, panjang badan, berat badan, dan lingkar tubuh seseorang.

Pemeriksaan antropometri ini menggunakan alat yang disebut dengan antropometri kit. Alat tersebut terdiri dari alat ukur tinggi badan/panjang badan, alat ukur berat badan, alat ukur lingkar kepala dan lainnya. Untuk mengetahui lebih lanjut mengenai Antropometri bisa membaca artikel berikut ini: Antropometri Kit Set Lengkap Kemenkes

Itulah pembahasan mengenai stunting pada anak. Mengetahui dampak stunting maka dapat dijadikan sebagai pembelajaran bagi Ibu agar selalu menjaga sang buah hati tetap sehat dan tumbuh sesuai dengan standar pertumbuhan yang seharusnya. Pantau pertumbuhan anak menggunakan Antropometri Kit Set Lengkap Kemenkes yang dapat dibeli di Galeri Medika. Selain Antropometri Kit, Galeri Medika juga menyediakan berbagai alat kesehatan yang dijamin 100% Original dan dapat dikirim ke seluruh Nusantara menggunakan jasa ekspedisi terpercaya.

Klik Untuk Lihat Sumber>

https://www.who.int/news/item/19-11-2015-stunting-in-a-nutshell#:~:text=Stunting%20is%20largely%20irreversible%3A%20a,to%20suffer%20from%20chronic%20diseases.
https://www.concern.net/news/what-is-stunting
https://www.nestle.co.id/kisah/dampak-stunting-menurut-who-yang-perlu-diketahui
https://upk.kemkes.go.id/new/4-cara-mencegah-stunting
https://www.emc.id/en/care-plus/get-to-know-the-symptoms-of-stunting-and-how-to-prevent-it
https://www.halodoc.com/artikel/4-dampak-stunting-yang-terjadi-pada-anak
https://dinkes.papua.go.id/menkes-budi-soroti-lambatnya-penurunan-angka-stunting-di-indonesia/#:~:text=Berdasarkan%20data%20Kementerian%20Kesehatan%2C%20angka,yang%20sebesar%2021%2C6%20persen.
https://www.nestlehealthscience.co.id/artikel/masalah-stunting-anak