Nebulizer memang umumnya digunakan untuk meredakan gejala asma. Namun alat ini juga kerap dimanfaatkan untuk menangani penyakit lain, seperti:
1. Penyakit paru obstruktif kronis
Penyakit paru obstruktif kronis atau PPOK adalah kondisi di mana paru-paru mengalami peradangan kronis (jangka panjang). Penyakit ini menghalangi aliran udara dari paru-paru karena terhalang pembengkakan dan lendir atau dahak, sehingga penderitanya sulit bernapas.
Sebagian besar pederita PPOK adalah orang-orang yang berusia paruh baya dan perokok. Penderita penyakit ini memiliki risiko untuk mengalami penyakit jantung dan kanker paru-paru.
Faktor utama yang meningkatkan risiko terjadinya PPOK adalah paparan rokok dalam jangka panjang, baik secara aktif maupun pasif. Selain paparan rokok, faktor risiko PPOK lainnya adalah:
Paparan debu dan bahan kimia di tempat kerja. Paparan kimia, uap, dan debu dalam jangka panjang di tempat kerja dapat mengiritasi dan membuat paru-paru meradang.
Paparan asap dari pembakaran bahan bakar. Misalnya, terpapar asap dari pembakaran bahan bakar saat memasak atau akibat ventilasi di rumah yang buruk
PPOK adalah penyakit yang berkembang secara bertahap, sehingga kebanyakan pengidap baru mengalami gejalanya di usia 40 tahun.
Kekurangan genetik yang tidak biasa, yaitu defisiensi alpha-1-antitrypsin merupakan penyebab dari beberapa kasus PPOK. Faktor genetik lainnya dipercaya juga dapat membuat beberapa perokok lebih rentan terhadap penyakit ini.
Gejala PPOK seringkali tidak muncul sampai paru-paru mengalami kerusakan yang signifikan dan kinerjanya sudah semakin memburuk seiring berjalannya waktu, apalagi jika pengidap tetap merokok. Pada bronkitis kronik, gejala utama yang dialami pengidap adalah batuk berdahak yang berlangsung minimal 3 bulan dalam 2 tahun.
Gejala lain pada PPOK dapat meliputi:
- Sesak napas, terutama saat melakukan aktivitas fisik.
- Mengigil.
- Produksi dahak yang banyak.
- Batuk kronik yang produktif.
- Seringnya terpapar infeksi saluran napas.
- Mudah lelah.
- Sianosis pada kuku maupun bibir.
- Penurunan berat badan.
- Bengkak pada pergelangan kaki, kaki, atau betis.
2. Croup
Croup mengacu pada infeksi saluran napas bagian atas, yang menghambat pernapasan dan menyebabkan batuk keras seperti menggonggong.
Batuk dan tanda serta gejala croup lainnya adalah akibat pembengkakan di sekitar kotak suara (laring), tenggorokan (trakea), dan saluran bronkial (bronkus). Ketika batuk memaksa udara melalui lorong sempit ini, pita suara yang bengkak menghasilkan suara yang mirip dengan gonggongan anjing laut. Demikian juga, mengambil napas sering menghasilkan suara seperti siulan.
Croup biasanya terjadi pada anak kecil. Croup biasanya penyakit yang tidak serius dan kebanyakan anak dapat dirawat di rumah.
Croup sering dimulai sebagai flu biasa. Jika terjadi peradangan dan batuk, seorang anak akan mengalami:
- Batuk keras yang semakin parah hingga menangis, serta kegelisahan, membuat tanda dan gejala yang kian memburuk
- Demam
- Suara serak
- Pernapasan yang mungkin berisik atau menjadi sulit
- Gejala croup biasanya lebih buruk di malam hari dan biasanya berlangsung selama tiga hingga lima hari.
3. Epiglotitis
Epiglotitis adalah pembengkakan pada epiglotis, yaitu tulang rawan di pangkal lidah yang berfungsi sebagai katup penutup saluran pernapasan ketika Anda makan atau minum.
Epiglotitis adalah kondisi yang cukup jarang terjadi. Diperkirakan hanya sekitar 1 atau 2 dari 100.000 individu yang menderita kondisi ini. Perbandingan kasus kejadian kondisi ini pada pria dan wanita adalah 3 banding 1. Selain itu, kondisi ini lebih sering ditemukan pada bayi di bawah 1 tahun, serta lansia di atas 85 tahun. Penyakit ini dapat diatasi dengan cara mengendalikan faktor-faktor risiko yang ada. Untuk mengetahui informasi lebih lanjut mengenai penyakit ini, Anda dapat berkonsultasi dengan dokter.
Umumnya, tanda-tanda dan gejala epiglotitis pada tiap individu tidak jauh berbeda, meskipun dipicu oleh penyebab yang bervariasi. Namun, gejala yang muncul pada anak-anak dan orang dewasa mungkin akan berbeda.
Tingkat keparahan penyakit ini pada anak-anak dapat berkembang dengan cepat, bahkan hanya dalam hitungan jam saja. Sementara itu, perkembangan gejala pada orang dewasa dapat berlangsung hingga beberapa hari.
Tanda-tanda dan gejala epiglotitis pada anak termasuk:
- Demam tinggi
- Gejala mereda saat tubuh condong ke depan atau duduk tegak
- Sakit tenggorokan
- Suara serak
- Produksi air liur berlebihan
- Sulit atau sakit saat menelan
- Gelisah
- Bernapas lewat mulut
Gejala yang mungkin muncul pada orang dewasa meliputi:
- Demam
- Sulit bernapas
- Sulit menelan
- Suara serak atau parau
- Napas bunyi
- Sakit tenggorokan parah
- Tidak bisa menghela napas
- Kemungkinan ada tanda-tanda dan gejala yang tidak disebutkan di atas. Bila Anda memiliki kekhawatiran akan sebuah gejala tertentu, konsultasikanlah dengan dokter Anda.
4. Pneumonia
Pneumonia merupakan infeksi pada salah satu atau kedua paru-paru yang membuat organ tersebut meradang. Penyebabnya bisa virus, bakteri, dan jamur. Pneumonia lebih dikenal sebagai paru-paru basah di Indonesia.
Penyakit ini bukan hanya dapat menimpa orang dewasa, melainkan juga terjadi pada anak-anak, hingga bayi yang baru lahir. Gejala dari pneumonia bervariasi mulai dari yang ringan hingga parah, tergantung kepada kondisi awal dan umur penderita, serta tipe organisme yang menyebabkan penyakit.
Gejala ringan pneumonia kurang lebih sama seperti gejala pilek dan flu, tapi berlangsung lebih lama.
Berikut adalah gejala pneumonia: Dapat berupa batuk kering atau berdahak yang berwarna kekuningan, hijau atau coklat, kadang dengan bercak darah.
Kesulitan bernapas. Napas penderita akan lebih cepat dan lebih pendek daripada normalnya. Penderita akan merasa kesulitan bernapas, bahkan ketika tidur
Detak jantung yang cepat
Demam
Merasa tidak enak badan
Berkeringat dan menggigil
Kehilangan nafsu makan
Nyeri dada dan akan memburuk ketika batuk atau bernapas
Mudah lelah
Mual dan muntah
Banyak kuman yang dapat menyebabkan pneumonia. Tetapi yang paling umum menyebabkan pneumonia adalah bakteri dan virus yang tersebar di udara. Salah satu virus yang menyebabkan pneumonia adalah virus corona, virus yang juga menyebabkan penyakit SARS dan MERS. Pada umumnya tubuh akan melawan kuman yang menginfeksi paru-paru. Tetapi terkadang kuman tersebut lebih kuat daripada sistem kekebalan tubuh kita. Inilah sebabnya anak kecil, lansia, serta mereka dengan kekebalan tubuh yang rendah memiliki risiko yang lebih tinggi terkena pneumonia.
Pneumonia dikategorikan berdasarkan jenis kuman dan dari mana Anda tertular infeksi tersebut.
Pneumonia bakteri. Bakteri penyebab pneumonia adalah Streptococcus pneumoniae, Mycoplasma pneumoniae, Haemophilus influenzae, dan Legionella pneumophila.
Pneumonia virus. Virus influenza atau virus flu serta Coronavirus dapat menyebabkan komplikasi menjadi pneumonia. Biasanya, pneumonia jenis ini lebih ringan dan penderita dapat sembuh dengan pengobatan di rumah dalam waktu satu hingga tiga minggu.
Pneumonia jamur. Beberapa jenis jamur dapat menyebabkan pneumonia, terutama pada orang dengan sistem kekebalan tubuh yang rendah. Contoh jamur penyebab pneumonia ini adalah Pneumocystis jirovecii, spesies Cryptococcus, dan spesies Histoplasmosis
Itulah beberapa penyakit yang bisa diatasi dengan nebulizer. Bagi yang mengalami penyakit yang disebutkan di atas, anda bisa kunjungi dokter untuk info lebih lanjut serta tanyakan bagaimana cara menggunakan nebulizer yang tepat.
Sumber Referensi
https://www.sehatq.com/penyakit/pneumonia
https://www.alodokter.com/nebulizer-mengenal-fungsi-dan-cara-pakainya
https://www.halodoc.com/kesehatan/pneumonia
https://www.alodokter.com/penyakit-paru-obstruktif-kronis
https://www.halodoc.com/kesehatan/penyakit-paru-obstruktif-kronis
https://hellosehat.com/kesehatan/penyakit/epiglotitis/
https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/croup/symptoms-causes/syc-20350348?prev=search