Belakangan ini, metode PCR mengemuka di tengah rapid test pemeriksaan virus corona. Para ahli dan dokter menyarankan pemerintah mendeteksi virus penyebab covid-19 menggunakan Rapid Moleculer test berbasis PCR, ketimbang serologi. Para pakar menilai, PCR lebih akurat dibanding metode serologi yang kini digunakan dalam rapid tes massal.
Mencegah meluasnya penyebaran covid-19 atau virus corona presiden Joko Widodo melakukan antisipasi cepat dengan rapid tes massal yang sudah dilakukan di berbagai wilayah. Namun rapid tes massal dinilai kurang efektif. Pemerintah menyatakan sedang melakukan tes virus corona dengan metode polymerase chain Reaction. Langkah ini merupakan tahapan lanjutan setelah dilakukan rapid tes massal. Hasil tes PCR untuk memastikan mereka positif covid-19 atau tidak.
Presiden Joko Widodo mengizinkan perusahaan swasta untuk menyediakan fasilitas tes Polymerase Chain Reaction (PCR) pemeriksaan infeksi virus corona. Mengingat ada keterbatasan lembaga penelitian didaerah, maka solusi tercepat adalah melibatkan swasta dengan standard kesehatan yang diatur oleh kementerian kesehatan.
Kelebihan dan Kelemahan Test Rapid
Rapid test adalah alat yang didesain untuk skrining awal saat sumber daya terbatas, dan mudah digunakan. Metode ini bisa menjadi alternatif skrining cepat untuk mendata orang-orang yang butuh pemeriksaan lanjut. Dengan alat test ini para pasien positif corona mengisolasi diri dan meminta perawatan medis. Metode rapid tes menggunakan sampel darah meski virus tersebut tidak dapat hidup di dararah. Namun seseorang yang terinfeksi akan membentuk antibodi yang disebut dengan imunoglobulin. Meski demikian metode ini belum akurat sehingga dilanjutkan dengan metode PCR dengan sampel swab.
Kelebihan Rapid Test
• Rapid tes bisa mendeteksi apakah seseorang pernah terpapar virus corona atau tidak
• Dapat dilakukan secara massal untuk skrining awal dan tidak membutuhkan
pemeriksaan di laboratorium biosafety level II
• Hasil test cepat sekitar 20 menit
Kelemahan Rapid Test
Kelemahan metode ini bukan virusnya yang di deteksi tetapi antibodi yang dihasilkan untuk melawan virus. Rapid test bisa memberikan hasil “False Negative” yakni tampak positif meski sebenarnya positif. Ini terjadi bila dilakukan pada fase yang tidak tepat. Ini dikarenakan sistem imun membutuhkan waktu sekitar satu hingga dua minggu untuk mulai memproduksi antibodi. Artinya bila seseorang yang terinfeksi corona dites sebelum antibodi terbentuk, maka hasil yang akan keluar adalah negatif. Jadi metode rapid tes hanya bisa mendeteksi penderita yang sudah terinfeksi 7- 14 hari.
PCR Test
Pemeriksaan virus corona dengan tes PCR mendeteksi bahan genetik spesifik di dalam virus. Sementara itu, pemeriksaan swab adalah cara untuk mendapatkan sampel yang akan digunakan dalam metode PCR. Jadi dalam pemeriksaan corona, pemeriksaan swab dan PCR merupakan satu kesatuan. Setelah proses pengambilan sampel dengan teknik swab selesai, maka saatnya sampel diperiksa dengan metode PCR dengan cara mendeteksi kandungan genetik yang spesifik di dalam virus tersebut.
Ahli medis akan mengekstrak asam nukleat yang mengandung genom virus. Peneliti dapat memperkuat daerah genom dengan menggunakan teknik reaksi berantai transkripsi polimerase terbalik yang berguna memperkuat daerah genom tertentu dan membandingkan dengan virus corona yang sudah ada. PCR lebih akurat karena mendeteksi gen penderita, sehingga bisa mendeteksi seseorang terinfeksi meski belum membentuk antibodi atau dalam tahap awal virus. Di sisi lain teknik ini memang membutuhkan waktu yang lama dari persiapan hingga analisis hasilnya.
PCR sangat efektif mendeteksi virus. Namun keampuhannya tergantung dari seberapa baik petugas kesehatan mengambil sampel dan jumlah virus yang ada di lokasi pengambilan sampel akan menentukan apakah virus terdeteksi dari orang yang terinfeksi. PCR sangat efektif mendeteksi virus bahkan pada orang dengan gejala ringan dan tanpa gejala. Kepastian dan keakuratan hasil test ini akan menentukan penanganan terhadap pasien.
Untuk menjalankan metode PCR beberapa komponen utama yang diperlukan menurut Akademi Ilmuwan muda Indonesia, antara lain sebagai berikut
• Kit untuk ekstraksi RNA
• Alat ekstraksi RNA Robotik
• Reagen Kit PCR
• Piranti keselamatan teknisi laboratorium seperti Alat Pelindung Diri, masker dan disposable reagent
• Swab collection tools dan viral transport media (VTM)
• Kelengkapan lainnya yang berkaitan dengan kegiatan laboratorium BSL-2 (Biosafety level-2).
Kesimpulan
Orang dengan hasil rapid tesnya positif, perlu menjalani pemeriksaan lanjutan , yaitu pemeriksaan PCR. Metode PCR dinilai lebih akurat sebagai patokan diagnois.Dengan melakukan test PCR, individu beresiko bisa segera di isolisir untuk mendapatkan perawatan dan menghentikan transmisi meluas. Dengan begitu tingkat fatalitas dapat ditekan.